This is the html version of the file http://etd.eprints.ums.ac.id/3601/1/G000060121.pdf.
Google automatically generates html versions of documents as we crawl the web.
Page 1
PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK
(Studi Perbandingan antara Pemikiran Abdullah Nasih Ulwan dan Hasan
Hathout)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Fakultas Agama Islam Jurusan Pendidikan
Agama Islam (Tarbiyah)
Oleh
Munadi lil Iman
G 000060121
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia
memerlukan wawasan yang sangat luas, karena pendidikan menyangkut semua
aspek kehidupan manusia, baik dalam pemikiran atau pengalamannya. Oleh
karena itu, pembahasan pendidikan tidak cukup berdasarkan pengalaman saja,
melainkan dibutuhkan suatu pemikiran yang sangat luas dan mendalam.
Pengkajian pendidikan tidak cukup hanya dengan hasil penelitian secara ilmiah,
namun dibutuhkan penkajian yang lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa
pengkajian ilmah merupakan suatu keharusan karena akan mengungkapkan fakta-
fakta yang berkaitan denagan pengalaman manusia yang berkaitan dengan
pendidikan.
Manusia adalah makhluk yang memiliki unsur rohani yang mencakup dua
segi kejiwaan, yaitu hakikat sebagai individu dan sebagai makhluk social. Dan
satu hakikat lagi, yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lain
ialah, hakikat sebagai makhluk susila dan makhluk berketuhanan.
Berdasarkan hakikat manusia itu, didapati berbagai segi atau aspek
pendidikan. Di antara aspek-aspek pendidikan tersebut adalah Pendidikan Budi
Pekerti, Pendidikan kecerdasan, Pendidikan Sosial, Pendidikan Jasmani,
Pendidikan Seksual, Pendidikan Agama, dan lain-lain.
Page 3
Dalam skripsi ini penulis akan membahas salah satu asapek pendidikan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu pendidikan seksual. Banyak
orang memandang kata seks merupakan kata yang tabu untuk diperbincangkan.
Seks adalah sebuah topik yang paling kontroversial dalam masyarakat.
Kabanyakan masyarakat kita memandang seks sebagai sesuatu yang
menyeramkan, kotor, tabu, dan porno, karenanya tidak pantas dibicarakan terbuka
untuk alasan apapun. Dengan segala prasangka dan kesalah kaprahan kultural
yang disematkan pada seks, adalah penting dan mendesak bagi kita untuk mulai
membicarakan dan membahas permasalahan ini guna menyingkirkan kebekuan
dari pikiran-pikiran kita.
Dalam kaitannya dengan masalah seksual dr. Boyke Dian Nugroho,
mengatakan bahwa :
Mulai sekarang hindari olehmu untuk mentabukan masalah ini karena sek
pun merupakan suatu pengetahuan yang dapat dipelajari sejak beberapa
ratus tahun yang lalu, para ilmuan mencoba meneliti tentang seks ini,
sampai sekarang pun mereka masih menemukan hal-hal yang baru.
(Nugroho, 2000 : 5-6).
Pendidikan seks adalah penerangan yang bertujuan untuk membimbing
serta mengasuh setiap laki-laki dan perempuan, sejak dari anak-anak sampai
dewasa didalam prihal pergaulan antara kelamin pada umumnya dan kehidupan
seksual pada khususnya ( Sahli, 1975 : 7 )
Kaum Muslim pada zaman Rasulullah saw., biasa mendatangi beliau
untuk bertanya dan membahas masalah-masalah seksualitas. Memang, rasa malu
adalah salah satu tanda kesalehan seorang Muslim baik laki-laki maupun
1
Page 4
perempuan, namun hal ini tidak berlaku dalam masalah pengetahuan ataupun
agama (konsep hidup).
Setiap Muslim bahkan anak-anak yang belajar mengaji, pasti menemukan
bahwa Al-qur'an membicarakan masalah seksualitas dengan terbuka. dalam
Alquran ,kita dapat menemukan bahasan mengenai reproduksi dan penciptaan
manusia, menstruasi, kehidupan keluarga, posisi-posisi seksual dan bahkan
ejakulasi. Seperti dalam ayat ayat berikut ini:
š tΡθè=t↔ó¡o„uρ
Çtã
ÇÙŠÅsyϑø9$#
(
ö≅è%
uθèδ
“]Œr&
(#θä9Í”tIôã$$sù
u!$|¡ÏiΨ9$#
’Îû
ÇÙŠÅsyϑø9$#
(
Ÿωuρ
£èδθç/t ø)s?
4®Lym
tβö ßγôÜtƒ
(
#sŒÎ*sù
tβö £γsÜs?
€∅èδθè?ù'sù
ôÏΒ
ß]ø‹ym
ãΝä.t tΒr&
ª!$#
4
¨βÎ)
©!$#
=Ïtä†
tÎ/≡§θ−G9$#
=Ïtä†uρ
šÌ ÎdγsÜtFßϑø9$#
∩⊄⊄⊄∪
öΝä.äτ!$|¡ÎΣ
Ó^ö ym
öΝä3©9
(#θè?ù'sù
öΝä3rOö ym
4’‾Τr&
÷Λä÷∞Ï©
(
(#θãΒÏd‰s%uρ
ö/ä3Å¡àΡL{
4
(#θà)? $#uρ
©!$#
(#þθßϑn=ôã$#uρ
Νà6‾Ρr&
çνθà)≈n=•Β
3
Ì Ïe±o0uρ
šÏΖÏΒ÷σßϑø9$#
∩⊄⊄⊂∪
"Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, 'Haid itu adalah
kotoran.' Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang2 yang tobat dan menyukai orang2 yang menyucikan diri. Istri-
istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam , maka
datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu
kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan
menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman."
(Q.S. al Baqarah:222-223)
Page 5
Dasar-dasar pendidikan seks Islami adalah: memperlakukan seks sebagai
anugerah dari Allah yang Mahakuasa. Bagaimanapun juga, seks merupakan
masalah yang tetap hidup, selalu selalu dibicarakan oleh setiap orang baik dari
kalangan awan maupun ilmuwan. Hanya saja kaarena mereka masih diliputi oleh
rasa tabu, pembicaraannya amat terbatas.
Remaja adalah manusia makhluk ciptaan Allah SWT yang sudah
mengalami perkembangan fisik dan pemikiran melampaui masa kanak-kanaknya
Definisi pertama bahwa remaja adalah manusia ciptaan Allah, akan memberikan
suasana penyadaran pada remaja, bahwa ia adalah makhluk yang bersifat lemah,
serba kurang, dan saling bergantung dengan makhluk lain yang berarti ia butuh
pada Sang Maha Pencipta. Perkembangan fisik seringkali menjadi semata-mata
kebanggan remaja, padahal hal ini seharusnya semakin menambah ketakwaan
dirinya pada Allah dan aturan-aturan-Nya.Bukan malah semakin ingin eksis
kebandelan dan kebrutalannya, karena itu perkembangan pemikiran (kematangan
intelektual) menjadi penting untuk menyebut dirinya remaja, sebagaimana definisi
berikutnya . Karena seringkali fisik bertambah dan berkembang akan tetapi
perilakunya jauh dari hasil daya pikir yang cemerlang. Misalnya saja ketika ia
merasakan cinta, maka akan langsung ia lampiaskan sebagian besar hidupnya
untuk cinta pada lawan jenisnya. Sehingga ia tidak mampu untuk berpikir tentang
resiko perbuatannya.
Page 6
Perdebatan tentang perlu-tidaknya pendidikan seks diberikan kepada anak
bermula dari keprihatinan terhadap pergaulan remaja saat ini. Sebenarnya
kekhawatiran seperti itu tidak perlu ada jika pendidikan seksual itu diberikan
secara profesional. Mereka mempelajari seks bukan untuk segera dilaksanakan,
tapi untuk bekal kelak. Selain itu juga untuk menjaga mereka dari kehidupan seks
bebas. Dengan mengetahui tentang pendidikan seksual secara profesionalniscaya
anak-anak akan terhindar dari prilaku-prilaku hubungan seksual yang
menyimpang.
Para pemerhati masalah remaja berpendapat, seks bebas yang sekarang ini
menggejala salah satunya disebabkan karena pengetahuan remaja tentang
seksualitas masih sangat rendah. Karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk
memasyarakatkan pendidikan seks kepada remaja. Program-program pendidikan
seks pun mulai digulirkan, bahkan ada yang berpendapat bahwa pendidikan seks
seharusnya diberikan sedini mungkin. Jika perlu, di bangku prasekolah pun ada
kurikulum yang membahas khusus tentang pendidikan seks (Amalia, 2007 dalam
www.multipli.co.id).
Islam tidak pernah menjadikan ummatnya yang tunduk dan patuh pada
aturan Allah SWT menjadi bahan trial and error. Karena dipastikan bahwa Islam
adalah agama Rahmatan lil ’alamin. Sehingga Islam tidaklah asing dalam masalah
edukasi seksual ini. Misalnya mengenalkan bahwa diri anak kita adalah laki-laki
atau perempuan, bagaimana adik dilahirkan, mengapa kamar atau tempat tidur
mereka dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, mengapa tidak boleh satu
Page 7
selimut walaupun dengan sesama perempuan atau laki-laki, bagaimana cara
menutup aurat di luar rumah dan di dalam rumah, apa itu hubungan atau interaksi
berbeda jenis, larangan berkholwat (berdua-duaan), sampai pada apa itu
perkawinan, mengapa ibu dan ayahnya menikah, dan mengapa setelah menikah
baru ada anak. Ini semua dan banyak lagi yang lainnya adalah dekat dengan
kehidupan keluarga yang penuh ketaatan pada Allah SWT.
Menurut Abdullah Nasih Ulwan pendidikan seks adalah upaya
pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang
diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan
naluri seks dan perkawinan. Dengan begitu, jika anak telah dewasa, ia akan dapat
mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan; bahkan mampu
menerapkan perilaku islami dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya dengan
cara-cara yang tidak islami (Ulwan, 1994: 2).
Dalam bukunya yang berjudul Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Abdullah Nasih
Ulwan menyatakan, pendidikan seksual yang penting mendapat perhatian secara
khusus dari para pendidik, hendaklah dilaksanakan berdasarkan fase-fase (1994:
6) sebagai berikut:
Fase pertama, usia 7-10 tahun, disebut masa tamyiz (masa prapubertas).
Pada masa ini, anak diberi pelajaran tentang etika meminta izin dan memandang
sesuatu, maksudnya adalah tentang pembiasaan pada anak untuk dapat
melaksanakan etika meminta izin kepada orang tuanya ketika ayah dan ibu berada
dalam situasi yang tidak ingin dilihat oleh siapa pun termasuk oleh anak-anaknya.
Page 8
Fase kedua, usia 10-14 tahun, disebut masa murabaqah (masa peralihan
atau pubertas). Pada masa ini anak dihindarkan dari berbagai rangsangan seksual,
karena fase pubertas adalah fase kehidupan manusia yang paling berbahaya. Jika
pendidik mengerti cara mendidik anak, cara menghindarkannya dari lingkungan
yang penuh dengan kerusakan atau penyimpangan dan cara mengarahkannya
menuju kebaikan, maka anak biasanya akan tumbuh berbudi, berakhlak mulia,
dan memiliki pendidikan islami yang tinggi.
Fase ketiga, usia 14-16 tahun, disebut masa balig (masa adolesen). Jika
anak sudah siap untuk menikah, pada masa ini anak diberikan pendidikan tentang
etika atau adab mengadakan hubungan seksual.
Fase keempat, setelah masa adolesen, disebut masa pemuda. Pada masa
ini diberi pelajaran tentang tata cara melakukan isti'faf (menjaga dari perbuatan
tercela atau menyimpang), jika ia belum mampu melangsungkan pernikahan.
Hasan Hathout dalam bukunya yang berjudul Panduan Seks Islami (2005),
menyebutkan bahwa islam mengajarkan seks sesuai dengan aturan syariatnya,
yaitu seks yang "memanusiakan" manusia, bukan seks ala hewan yang dapat
merendahkan derajat manusia. Menurut beliau materi yang harus di ajarkan dalam
pendidikan seksual ialah aspek-aspek anatomis dan psikologis, skema puberitas,
bersama dengan perubahan-perubahan fisikal, kebutuhan akan kehidupan
keluarga, dorangan seksualsindrom menstruasi, pembentukan dan perkembangan
janin, kontrasepsi, dan yang paling penting pandangan dan standar islam
mengenai itu semua (Hathout, 2005: 112).
Page 9
Pendidikan seks yang baik adalah usaha menuju perilaku seks yang lebih
alamiah, membantu memerangi kekerasan seksual terhadap anak-anak,
maksudnya adalah agar anak kita jangan terlalu polos sampai tidak
menyadari dan gampang terjerumus dalam prilaku sek yang menyimpang
(Hathout, 2006:115)
Pendidikan seks di dalam Islam merupakan bagian integral dari
pendidikan akidah, akhlak, dan ibadah. Terlepasnya pendidikan seks dengan
ketiga unsur itu akan menyebabkan ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itu
sendiri, bahkan mungkin akan menimbulkan kesesatan dan penyimpangan dari
tujuan asal manusia melakukan kegiatan seksual dalam rangka pengabdian kepada
Allah. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan seks tidak boleh menyimpang dari
tuntutan syariat Islam.
Berkaitan dengan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengankat judul "Pendidikan Seksual untuk Anak ( Studi
Perbandingan Antara Pemikiran Abdullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathout)".
Penulis memilih judul tersebut untuk mengkaji pemikiran Abdullah Nasih Ulwan
dan Hasan Hathout yang berkaitan dengan pendidikan seks sesuai dengan syariat
islam, kemudian menganalisis perbandingan pemikiran mereka berdua. Adpun
alasan penulis untuk memilih judul tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adanya persoalan dan polemik rumah tangga muslim akibat
ketidakmengertian tentang persoalan ini. Sebagai contoh dalam sebuah
media televisi yang membuktikan bahwa 80 persen anak-anak di bawah
umur di Jakarta mengakses situs-situs pornografi dengan mudah karena
tidak adanyak pengawasan dari keluarga.
Page 10
2. Kurangnya penjelasan tentang seks dan maraknya pornografi dikalangan
masyarakat kita. Penulis justru memandang semakin perlunya pengkajian
seks menurut Islam dikedepankan dalam situasi ini. Banyak kaum muda
muslim yang tidak memperoleh pendidikan dan penjelasan tentang seks
menurut sysriat, bahkan sebaliknya mereka lebih banyak mengkonsumsi
hiburan pemuja seks yang hanya memuaskan hawa nafsu mereka, sebagai
contoh banyak pelajar dari SLTP sampai perguruan tinggi yang melakukan
hubungan intim di luar nikah dengan kata lain melakukan perzinaan.
3. Munculnya seksolog-seksolog sekuler yang membahas masalah-masalah
seksual bukan berdasarkan syari’at Islam. Seperti pendapat Nurkholis Majid
yang memperbolehkan pernikahan berbeda agama, padahal dalam syariat
Islam hal itu tidak diperbolehkan.
B. Penegasan Istilah
1. Pendidikan Seksual
Pendidikan berasal dari kata " didik ", mendidik yang berarti memelihara dan
memberi latihan ( ajaran, pimpinan ) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Sedangkan arti pendidikan sendiri adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan; perbuatan dan cara mendidik. (
Moeliono, 1988 : 204).
Sedangkan Pendidikan seksual adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan
penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak
Page 11
sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan
perkawinan. ( Sahli, 1975 : 7 )
2. Anak
Keturunan yang kedua manusia, kelompok terkecil dari manusia, seseorang
yang dilahirkan di suatu daerah, bagian dari suatu kelompok keluarga. (
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 : 35 )
Adapun yang dimaksud anak dalam skripsi ini adalah seseorang atau
sekelompok orang yang berumur 6-17 tahun yang masih dalam taraf
perkembangan dan memerlukan bimbingan, pengajaran, dan pembinaan dari
orang dewasa.(Darajat,1990: 109)
3. Adullah Nasih Ulwan
Adullah Nasih Ulwan, ia lahir di kota Halab, Suriah, tahun 1928. Beliau
lulusan Al-Azhar University Mesir pada tahun 1952, kemudian tahun 1954,
menerima ijazah spesialis bidang pendidikan, setaraf dengan Master of Arts
(M.A.). ( Ensiklopedi Islam, 2002 : 19-20)
4. Hasan Hathout
Hasan Hathout lahir Sebin el Kom, Mesir, pada tahun 1924. Ia lulus dari
Cairo Medical School tahun 1948. Ia melanjutkan studi kedokterannya di
Universitas of Edingburgh, Scotlandia. (Hathout, 2005: V)
C. Rumusan Masalah.
Dari uraian latar belakang masalah diatas, perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
Page 12
a. Apa perbedaan pemikiran Abdullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathout tentang
pendidikan seksual Untuk anak?
b. Apa persamaan pemikiran Abdullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathout tentang
pendidikan seksual Untuk anak?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perbedaan dan persamaan
dalam pemikiran Abdullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathaout tentang
pendidikan seksual.
2. Manfaat Penelitian.
a. Secara Teoritis.
1) Dapat menambah wawasan pemikiran atau wacana tentang pendidikan
2) Dapat menambah khazanah keilmuan terutama dalam bidang
pendidikan.
3) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya.
b. Secara Praktis.
1) Memberikan masukan kepada orang tua, pengajar dan pendidik dalam
memberikan pendidikan seks yang ditetapkan islam untuk mengatur
prilaku seks pada anak didik.
2) Memberikan pengetahuan dan penerangan tentang masalah-masalah
seksual kepada anak sejak usia dini sampai dewasa.
Page 13
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan uraian singkat hasil-hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya tentang masalah-masalah yang sejenis, selain itu
berupa buku yang sudah diterbitkan. Tinjauan pustaka ini berfungsi sebagai data
otentik orisinilitas / keaslian penelitian. Diantara penelitian sejenis yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Sri Wahyuni ( 2005 ) dalam skripsinya yang berjudul "Pendidikan Seks Bagi
Remaja Putri Di Madrasah Aliyah PPMI Assalam Sukoharjo Tahun
2004/2005", menyimpukan bahwa:
a. Madrasah Aliyah PPMI Assalam sangat memperhatikan aktivitas
keagamaan, akhlak santriwatinya dan dalam hal penanaman pendidikan
seks kepada santriwati, sehingga dapat dijadikan teladan bagi masyarakat
sekitar.
b. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan seks di Madrasah
Aliyah adalah diskusi, penyuluhan dan mauidhoh.
c. Tujuan pelaksanaan pendidikan seks di Madrasah Aliyah PPMI Assalam
adalah untuk memberikan pemahaman kepada santriwati dalam masalah
pendidikan seks. Sehingga dari ilmu yang dipahami tersebut dapat
dijadikan sebagai bekal atau benteng ketika mereka berada di lingkungan
luar atau masyarakat serta untuk mendidik para santriwati untuk lebih
mengimani, mencintai dan mendekatkan diri kepada Allah Subkhanahu
Wa Ta'ala.
Page 14
2. Erniyati Cahaya Kusumaningsih (2001) dalam skripsinya yang berjudul
"Perbedaan Sikap Terhadap Prilaku Seks Bebas antara Remaja Kota dan
Remaja Desa", menyimpulkan bahwa prilaku seks bebas antara remaja yang
tinggal di kota-kota dan remaja yang tinggal di desa, dimana sikap terhadap
prilaku seks bebas remaja yang tinggal di kota lebih tinggi dari pada remaja
yang tinggal di desa.
3. Anita Indra Kusumaningsih (2001) dalam skripsinya yang berjudul
"Pendidikan Seks Dan Prilaku Keagamaan" ( Studi Kasus Siswa Kelas II
SMU Muhammadiyah I Klaten ), menyimpulkan bahwa ada pengaruh
pendidikan seks teerhadap prilaku keagamaan siswa kelas II SMU
Muhammadiyah I Klaten. Metide yang tepat dalam mengajar, khususnya
pendidikan seks akan menciptakan keharmonisan antara guru dan siswa.
Sehingga siswa tidak akan terjerumus kedalam hal-hal yang negatif.
Sejauh yang telah diamati belum ada yang membahas tentang pendidikan
seksual dalam pandangan Hasan Hathout, begitu juga yang membahas secara
sepesifik karya Abdullah Nasih Ulwan dalam buku Tarbiyatul Aulat fil Islam
khususnya pendidikan seksual, baik berbentuk buku atau karya ilmiyah oleh
karenanya dalam skripsi ini penulis akan menganalisis ide-ide serta pemikiran
Abdullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathout yang berhubungan dengan topic
tersebut, kemudian menganalisis persamaan dan perbedaan pemikiran dua ahli
yang tersebut diatas.
Page 15
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian bibliografi karena
penelitian ini dilakukan untuk mencari, menganalisis, membuat interpretasi,
serta generalisasi dari fakta-fakta hasil pemiliran dan ide-ide yang yang ditulis
oleh para pemikir dan ahli ( M. Nazi, 1988 : 62 ). Dalam hal ini data yang
dikaji adalah pemikiran Abdullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathout tentang
pendidikan seksual untuk anak
Apabila dilihat dari tempat dimana penelitian ini di lakukan maka
penelitian ini tergabung dalam penelitian literer, M. Arifin , ( 1990 : 135 )
menyebutkan bahwa penelitian literer dimaksudkan sebagai studi pustaka,
karena penulis meneliti dan menggali datanya dari bahan-bahan tertulis.
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
filosofis. Yang dinmaksud pendekatan filosofis adalah menganalisis sejauh
mungkin pemikiran yang diungkapkan sampai kepada landasan yang
mendasari pemikiran yang diungkapkan sampai kepada landasan yang
didasari pemikiran tersebut (Charis & Bakker , 1990 : 67).
3. Metode Pegumpulan Data
Karena penelitian ini adalah penelitian bibliografi, maka pengumpulan
datanya adalah metode dokumentasi, yaitu laporan kejadian-kejadian yang
berisi pandangan serta pemikiran-pemikiran manusia di masa lampau (Nazi ,
Page 16
1985 :74). Adapun sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
a. Sumber data primer
Yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah dokumen
dari buku karya Abdullah Nasih Ulwan yang berjudul Tarbiyatul Aulad fil
Islam (1994), dan buku karya Hasan Hathout yang berjudul Panduam Seks
Islami (2006) dan artikel yang berjudul Sexual Ethic (2007 dalam
www.islamicmedicine.com)
b. Sumber data sekunder
Yang menjadi pendukung dan pelengkap dalam penelitian adalah
referensi bacaan yang berkaitan dengan permasalahan, diantaranya: A.
Akhbar. 1983. Seksualitas Ditinjau Dari Hukum Islam. Jakarta: Galia
Indonesia, Haidar Abdullah. 2003. Kebebasan Seksual Dalam Islam.
Jakarta: Pustaka Zahra, Abu Umar Basyir. 2002. Panduan Berhubungan
Intim Dalam Perspektif Islam. Solo: Rumah Zikir, Hilman Al- Madani.
2005. Mengapa Anak Kita Perlu Pendidikan Seksualitas. Jakarta: HAD
Publikasi, M. Ibrahim Al- Qoisiy. 2004. Terapi Problematika Seksual
Dalam Islam. Bandung:Mujahid Press, Sahid Athar. 2004. Bimbingan
Seks Bagi Kaum Muda Muslim. Jakarta: Pustaka Zahra, Yunus Madani.
2003. Pendidikan Seks Untuk Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka Zahra.
4. Analisis Data
Page 17
Data-data yang telah terkumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya akan
dianalisis denagan metode deskriptif-analitik (Sumaryono,1983:14), yaitu
untuk menggambarkan pemikiran Abdullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathout
secara sistematis sehubungan dengan latar belakang dan pemikirannya, juga
tidak meninggalkan pendapat pada tokoh ahli yang relefan. Tahap berikutnya
adalah interpretasi (Sartono,1993:77), yaitu memahami seluruh pemikiran
Abdullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathout untuk memperoleh penjelasan
mengenai pendidikan seksual.
Untuk mempertajan analisis maka disini digunakan logika deduktif dan
komparatif.
a. Deduktif
Yaitu analisis yang berpangkal pada kaidah-kaidah yang bersifat umum,
kemudiaan ditetapkan kaidah-kaidah yang bersifat khusus. (Hadi, 1987: 36)
b. Komparatif
Yaitu membandingkan dua atau lebih pendapat yang ada dengan melihat
argumentasinya. (Arikunto, 1991: 199). Dalam hal ini membandingkan
pemikiran Adullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathout tentang pendidikan
seksual untuk anak, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang
persamaan dan perbedaan berdasarkan pokok kajian ini.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima sub bab, secara garis besar sistematika
penulisan skripsi ini dapat di uraikan sebagai berikut:
Page 18
Bab I pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, penegasan istilah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II akan membicarakan tentang pendidikan seksual, yang meliputi:
pengertian pendidikan seksual, tujuan pendidikan sekaual, Materi pendidikan
seksual, metode pendidikan seksual, evaluasi pendidikan seksual.
Bab III membahas Adullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathout beserta
pemikiran mereka tentang pendidikan seksual, yang meliput: pertama, Biografi
atau riwayat hidup Adullah Nasih Ulwan, masa studi dan karya-karyanya,
pemikiran Adullah Nasih Ulwan tentang pendidikan seksual, masa prapuberitas,
masa peralihan atau puberitas, masa adolesen, dan masa pemuda. Kedua, biografi
atau riwayat hidup Hasan Hahput, masa studi dan karya-karyanya, peikiran Hasan
Hathout tentang pendidikan seksual, dasar-dasar pendidikan seks dalam islam,
materi pendidikan seks pada anak.
Bab IV analisis pemikiran Adullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathout
tentang pendidikan seksual yang berisi tentang: Persamaan pandangan Abdullah
Nasih Ulwan dan Hasan Hathout tentang pendidikan seksual untuk anak, dan
perbedaan pandangan antara Abdullah Nasih Ulwan dan Hasan Hathout tentang
pendidikan seksual untuk anak.
Bab V penutup, pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari
hasil penelitian dan saran-saran.
Rabu, 25 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar